Di zaman sekarang , banyak
orang mengejar jabatan, atau
kedudukan . Menurut mereka tidak lengkap rasanya hidup ini , kalau
tidak menjadi orang penting, atau dihormati
Mereka
rebut jabatan, tanpa mengetahui
siapa dirinya,dan bagaimana
kemampuannya . Mereka menganggap jabatan adalah suatu keistimewaan . Padahal jabatan adalah
tanggung jawab, pengorbanan, dan
pelayanan terhadap masyarakat . Al-Quran dan Hadits sudah mengatur, bagaimana seharusnya kita memilih dan
menjadi seorang pemimpin .
Ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat kepemimpinan.
Pertama, kepemimpinan
dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial,
antara pemimpin dengan masyarakatnya,
tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt. Q. S. Al-Baqarah (2): 124,
وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا
ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
"Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan
baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi
manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga ? Allah swt menjawab: Janji (amanah)Ku ini
,tidak (berhak) diperoleh orang zalim".
Pertama Kepemimpinan
adalah amanah
,ia adalah titipan Allah
swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi
diperebutkan . Sebab
pemimin gunanya , untuk memudahkan ,dalam melayani kehidupan masyarakat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang ,
semakin meningkat pula pelayanan
terhadap masyarakatnya . Bukan
sebaliknya, digunakan sebagai peluang, untuk memperkaya diri
Ketika Abu Dzar, meminta suatu
jabatan kepada Nabi, Rasulullah saw bersabda:
"Kamu
lemah, dan ini adalah amanah, sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan, dan
penyesalan di hari kemudian (bila disia-siakan)".(H. R. Muslim).
Sikap
yang serupa, pernah ditunjukkan Nabi saw
ketika seseorang meminta jabatan kepada beliau, dimana orang itu berkata:
"Ya
Rasulullah, berilah kepada kami jabatan ,pada salah satu bagian, yang diberikan
Allah kepadamu. "Maka jawab Rasulullah saw: "Demi Allah, Kami tidak
mengangkat seseorang, pada suatu jabatan, kepada orang yang menginginkan atau
ambisi pada jabatan itu".(H. R. Bukhari Muslim).
Kedua,
kepemimpinan menuntut keadilan .
Diantaranya adalah, dengan mengambil keputusan yang adil,
antara dua pihak yang berselisih, atau
memutuskan suatu hukum sesuai dgn lesalahan ia Ia lakukan. Q. S. Shad (38): 25,
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً
فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ
عَن سَبِيلِ اللَّـهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ لَهُمْ عَذَابٌ
شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
"Wahai
Daud, Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka berilah putusan antara
manusia dengan hak (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu".
Menurut Hafidhuddin, ada dua pengertian pemimpin
menurut Islam yang harus dipahami. Pertama, pemimpin berarti umara yang sering
disebut juga dengan ulul amri.
An-Nisa 4)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّـهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
: 58,
"Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri diantara kamu". Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ulil amri ,
adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat. Jika ada pemimpin yang
tidak mau mengurus kepentingan rakyat, maka ia bukanlah pemimpin yg mendapat
redo Allah
Kedua,
pemimpin sering juga disebut khadimul ummah (pelayan umat). , seorang pemimpin harus menempatkan diri
pada posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan minta dilayani. hakikat pemimpin sejati, adalah seorang
pemimpin yang sanggup menjalankan
amanat Allah swt ,untuk mengurus dan melayani masyarakat
Menurut Hadits
, minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang, sebagai
syarat untuk menjadi pemimpin. yaitu:
1)
(1).
Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di
dalam melaksanakan tugasnya.
2)
(2).
Amanah, yaitu kepercayaan, yang menjadikan dia
menjaga sebaik-baiknya, apa yang diamanahkan kepadanya
3)
(3)
Fathonah, yaitu kecerdasan, kemampuan
dalam menghadapi persoalan, yang muncul
di masyarakat
4)
(4).
Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala
tindakan yang diambilnya ,bukan menutupi
kekurangan dan kesalahan.
Menurut
Al-Mubarak ada empat syarat
untuk menjadi pemimpin:
Pertama,
memiliki aqidah yang benar
Kedua,
memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas
Ketiga,
memiliki akhlak yang mulia
Keempat,
memiliki keahlian dalam mengatur
urusan-urusan duniawi.
Pemihan umum
baru berlalu ,banyak yg tdk siap menerima kekalahan. ada
kebaikan yg tlh diberi ditarik
kembali, itulah ciri pemimpin yg ditakuti Rasulullah seperti dlm sabdanya
: .
Rasulullah saw bersabda
“Sesungguhnya
akan datang di tengah-tengah kalian ,para pemimpin sesudahku, mereka menasihati
orang, di forum-forum dengan penuh hikmah, tetapi jika mereka turun dari mimbar
mereka berlaku culas, hati mereka lebih busuk daripada bangkai. Barang siapa
yang membenarkan kebohongan mereka, dan membantu kesewenang-wenangan mereka,
maka aku ,bukan lagi golongan mereka, dan mereka bukan golonganku, dan tidak
akan dapat masuk telagaku. Barang siapa yang tidak membenarkan kebohongan
mereka, dan tidak membantu kesewenang-wenangan mereka, maka ia adalah termasuk
golonganku, dan aku termasuk golongan mereka, dan mereka akan datang ke
telagaku.” (H.R. At-Thabrani)
Umar
ibnnu khatab, ketika masih menjadi
khalifah beliau berkata” Jika ada seeker kuda yg terjatuh di Irak,maka saya akan ditanya diakhirat ,kenapa jelan itu tdk diperbaiki.
“setiap kamu pemimpin ,dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinanya
(dipertanggungjawapan diakhirat)
Drs.Idrus Uteh
Drs.Idrus Uteh