Tempat bernaungku yang
dulu bersahaja yang sangat sangat sederhana dimana orang lain tak menyangka
kalau didalamnya tertanam intan permata yang berkilau yang disinari dengan
cahaya zikir dan nur ketuhanan
. kini telah berubah menjadi sebuah tempat yang
enak dipandang mata di sejajarkan dengan bangunan yang lain bahkan lebih tinggi
dari bangunan sekitar. “ sang surya yang menyinari tempatku tercinta kadang
kala tembus oleh sinar matahari melalui dinding dinding yang berlobang, tapi
semangat kami tak pernah pudar ,tak pernah melemah, tapi semua itu kami nikmati
dengan penuh kebahagiaan panasnya matahari tak sebanding dengan nikmat nur
ilahi yang terpancar dari tempatku.
Ditempat yang sunyi jauh
dari hingar bingar suara kendaraan jauh dari hirukpikuk manusia yang lalulang.
Kami membentangkan sajadah memulai membiasakan diri dengan zikrullah. Kami
menikmati penderitaan , kami memulai menyabarkan diri dengan tuntutan allah
karena pada saat itu dan seterusnya kitalah yang butuh dengan allah bukan allah
yang butuh dengan kita , tetapi bila kita butuh dan mendekat dengan zikir serta
kalimat kalimat thoiyibah maka pada saat itu jua seluruh pintu kebajikan akan
dibuka allah selebar lebarnya tanpa ada satu penghalangpun yang bisa
merintangi. tapi
Sajadah ku yang dulu kini
telah diselimuti dunia dan kemewahannya.
Sajadahku yang dulu diatas
lantai yang bergerigi dan penuh dengan lubang kecil kini telah diganti dengan
lantai yang indah tanpa celah sedikitpun .
sajadahku yang dulu
bersahaja dengan selimut luka dan bintik bintik noda kecil dikaki akibat celah dan
lobang kini tinggal bekas
namun kerinduanku takkan pernah pudar walau kini telah
berubah bentuk.